Selamat Datang!

BAB VI : ENAM IMAM HADIS AL-A’IMMA AL-SITTAH

 Imam al-Bukhari nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim             bin
Mughirah bin Bardzibah al-Bukhari. Beliau lahir di Bukhara, Uzbekistan, pada tanggal        13 syawal tahun 194 H (21 Juli 810 M). beliau berasal dari keluarga ulama, ayahnya Ismail, seorang         ulama hadis yang pernah berguru kepada Imam Malik bin Anas, salah satu pendiri madzhab fikih yang empat, dan juga kepada Hammad bin Zaid. 

    Imam al-Bukhari dikaruniai otak yang cerdas. Pemikirannya tajam dan hafalannya kuat. Kecerdasan dan ketajaman pemikirannya serta kekuatan hafalannya sudah terlihat semenjak usia kanak-kanak. Beliau mewarisi ketakwaan ayahnya. Minatnya terhadap ilmu sudah terbentuk sejak kecil, sebab ayahnya menjadi idola sekaligus guru pertamanya. Beliau ditinggal ayahnya menghadap Allah swt sejak berusia lima tahun.

    Imam al-Bukhari kecil bertekad mengikuti jejak sang ayah. Ia sangat mencintai Nabi saw dengan kesungguhan hati. Dalam usia sepuluh tahun ia sudah banyak menghafal hadis. Ia banyak datang ke ulama ahli hadis di kotanya untuk mempelajari sabda Nabi tersebut sebanyak mungkin. Dalam usia 16 tahun, ia sudah hafal di luar kepala hadis-hadis yang terdapat pada kitab Ibnu Mubarak, Al-Waqi‟. 

    Pada tahun 210 H, ia menuanaikan ibadah haji ke tanah suci bersama ibu dan saudara-saudaranya. Selain untuk beribadah haji serta bermunajat kepada Allah, kesempatan tersebut ia gunakan untuk menimba ilmu dari berbagai ulama hadis di haramain (dua tanah suci, Mekah dan Madinah). Ketika selesai melaksanakan ibadah haji, ia memutuskan untuk menetap di sana guna menimba hadis. Ia mukim di Mekah dan Madinah sekitar enam tahun.

Perburuan hadis yang dilakukan Imam al-Bukhari sudah dirintis sejak ia berada di kota kelahirannya Bukhara, Uzbekistan. Mekah dan Madinah menjadi tempat terlama dalam perjalan ilmiah bagi Amirul Mu‟minin fi al- ad ini. Hal ini karena dua kota tersebut merupakan pusat hadis, di dua kota tersebut Nabi dan para sahabatnya hidup. Imam al-Bukhari juga melacak hadis ke berbagai dunia Islam, Siria, Mesir, Aljazair, Basrah, Kufah dan Baghdad. Di tempat-tempat yang dikunjungi tersebut ia menemui para ahli hadis dan berguru kepada mereka. Di antara para ahli hadis yang menjadi guru imam al-Bukhari adalah Ali bin al-Madani, Imam Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma‟in, dan Muhammad bin Rahawaih. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadis. 

Ketika di kota Baghdad, imam al-Bukhari pernah diuji oleh sepuluh ulama setempat dengan menyodorkan seratus buah hadis kepadannya yang matan dan sanadnya diacak sedemikian rupa. Menghadapi ujian ini, imam al-Bukhari dengan mudah menertibkan sanad dan matan yang kacau balau tersebut. Imam al-Bukhari berhasil memadukan kekuatan hafalan, ketajaman analisis, dan kekuatan pena. Beliau juga seorang penulis yang produktif. Di antara karya-karyanya yang terkenal adalah alJami‟ as- ah h, al-Adab al-Mufrad, al-Tar kh as- agir, al-Tārikh al- Ausa , al-Tārikh al-Kab r, al-Musnad al-Kab r, Kitab al-„Ilal, Raf‟al Yadain fi as- alat, Bir alWalidain, Kitab as-Asyribah, al-Qira‟ah Khalf al-Imam, Kitab ad-Du‟afa, Asami al- ahabah, Kitab al-Kuna, dan lain-lain.

Kitab Shahih al-Bukhari diterima (qabūl) oleh para ulama secara aklamasi pada setiap masa dan banyak keistimewaan kitab al-Bukhari yang diungkapkan oleh para ulama, di antaranya : 
At-Tirmizi berkata :
    Imam al-Bukhari sangat beruntung mempunyai murid yang sedemikian banyak. Hadis-hadis yang terdapat dalam kitab ah h al-Bukhār pernah didengar secara langsung oleh kurang lebih sembilan puluh orang ketika beliau membacakannya. Di antara murid Imam al-Bukhari yang terkenal adalah Muslim bin ajj j, Turmudzi, Ibnu Khuzaimah, Abū D wūd, Muhammad bin Yusuf al-Farabi, Ibr hῑm bin Ma‟qil alNasafi, Hammad bin Syakir al-Nasawi, dan Mansur bin Muhammad al-Bazdawi. Merekalah yang banyak meriwayatkan hadis dari imam al-Bukhari sepeninggal beliau. Beliau meninggal pada tanggal 31 Agustus 870 M (256 H) pada malam Idul Fitri dalam usia 62 tahun kurang 13 hari. Beliau dimakamkan selepas salat Dzuhur pada Hari Raya Idul Fitri di Samarkand.

  • Imam Muslim
    Imam Muslim nama lengkapnya adalah Abu Husein Muslim bin Hajj j bin Muslim bin Kausiaz al-Qusairi al-Naisaburi. Dilahirkan di Naisabur, Iran pada tahun 204 H. Tidak ada informasi yang menjelaskan siapa dan bagaimana keluarganya. Menurut sebuah sumber, Imam Muslim berasal dari keluarga saudagar yang bernasib baik, memiliki reputasi dan sikap yang ramah. Al- ahabi menyebut keluarga Imam Muslim dengan sebutan “Muhsin Naisabur” (dermawan Naisabur).

    Seperti anak-anak pada zamannya, Imam Muslim memulai pendidikan pertamanya dengan belajar Al-Qur‟an dan bahasa Arab. Pada usia 12 tahun ia memulai mempelajari hadis. Untuk keperluan ini, Imam Muslim harus meninggalkan kota kelahirannya, Naisabur. Ia mulai tekun mempelajari matan hadis dan melacak sanadnya dengan berguru kepada ulama-ulama ahli hadisdi berbagai kawasan dunia Islam. Imam Muslim mengunjungi berbagai ulama hadis ternama di Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan lain-lain. Di Khurasan ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Rai, Asia Tengah, ia belajar kepada Muhammad bin Marham dan Abu Ansar. Di Irak ia belajar kepada Imam Ahmad bin Hambal dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz ia berguru kepada Sa‟id bin Mansur dan Abu Mas‟ab; dan di Mesir ia berguru kepada Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya. Ketika Imam Bukhari berkunjung ke Naisabur, Imam Muslim sering menemuinya untuk berguru. 

    Selain aktif belajar dan mengajar ilmu hadis, Imam Muslim juga aktif menulis berbagai kitab. Di antara karya-karya Imam Muslim adalah Al-Jāmi‟ as- ah h, alMusnad al-Kubra, Kitāb al-Asma wa al-Kuna, Kitāb al-„Ilal, kitāb al-Aqran, kitāb Su‟alatih Ahmad bin Hambal, kitāb al-Intifa bi Uhub as-Siba‟, Kitāb al-Muha ramain, Kitāb Man Laisa Lahu Ila Rawin Wahid, Kitāb Aulād as-Shahabah, Kitāb Auham, dan lain-lain.

Di antara buku hadis yang beliau tulis tersebut, al-Jami‟ al-Shahih atau yang lebih dikenal dengan ah h Muslim berisikan 4.000 hadis yang merupakan hasil penyeleksian dari 12.000 buah hadis yang dihitung secara berulang, atau pendapat lain sebanyak 7.275 buah hadis secara terulang-ulang. Menurut Fuad Abd al-Baqiy sebanyak 3.033 buah hadis tanpa diulang. Buku itu disusun selama 12 tahun. Para ulama secara aklamasi menilai baik Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, keduanya merupakan kitab yang paling shahih setelah al-Qur‟an, dan mayoritas mereka menilai ah h al-Bukhāri lebih shahih, sedangkan Shahih Muslim lebih indah sistematika penulisannya. Al-Khatib al-Baghdadi berkata: 
 

  1. gg
  2. hh
  3. hh
  4. hh
  5. hh

Share this post :

Posting Komentar

Facebook_eDUKA

YM Edukasi

 
Support : dzulcyber.com | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2015. EDUKASI KITA - All Rights Reserved
Admin by dzulcyber.com
Proudly powered by Blogger