Selamat Datang!

Bab 5 - Mengenal Tokoh Hadits Dari Kalangan Tabi'in Materi Kelas 12 Agama

 Mengenal Tokoh Hadis Pada Masa Tabi'in

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar



Tabi'in dalam istilah ilmu hadis mempunyai arti orang yang bertemu dengan seorang sahabat atau lebih. Tabi‟in meskipun tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad saw. namun mereka mempunyai jasa yang sangat besar terhadap kemajuan dan tersebarnya dakwah Islam. Salah satu dakwah mereka adalah melalui dakwah pengetahuan dengan menyebarkan hadis-hadis Rasulullah yang mereka dengar dari para sahabat. Tanpa jasa mereka umat Islam tidak akan mampu mengeksplorasi kalam-kalam dari Rasulullah saw. Dalam bab ini akan diuraikan biografi beberapa tabi‟in yang mempunyai profil yang luar biasa mampu kita teladani di zaman sekarang. Di antara mereka yaitu, Sa'id bin Musayyab, Urwah bin ubair, Nafi‟ al-Madani, Hasan al-Bashri, Muhammad Ibnu Sirin, dan Muhammad Ibnu Syihab Az Zuhri. 


RENUNGKANLAH

Suatu hari seseorang dari gurun pergi ke Madinah. Di tengah jalan dia meliahat seekor burung terbang ke sarangnya dan memberi makan anak-anaknya. Kemudian orang itu mendekati sarang burung dang mengambil anak burung itu. Dia berniat memberikannya kepada Rasulullah saw. sebagai hadiah. Tatkala orang itu sampai di hadapan Rasulullah saw. dia meletakkan anak-anak burung itu di depan beliau. Beberapa sahabat hadir pula menyaksikan hal itu, tiba-tiba mereka melihat induk burung itu datang tanpa rasa takut berdiri melindungi anak-anaknya. Ternyata induk burung itu mengikuti perginya orang tersebut.begitu besar kasih sayang induk burung itu terhadap anak-anaknya sehingga dia melindungi tanpa rasa takut. Rasulullah saw. mengatakan kepada para sahabatnya, “Kalian menyaksikan kasih sayang induk burung kepada anak-anaknya. Akan tetapi ketahuilah bahwa kasih sayng Allah terhadap hamba-Nya seribu laki lipat melebihi kasih sayang induk burung ini kepada anaknya.”

MENGAMATI

Amatilah kisah berikut, kemudian kemukakan pendapatmu! Ada kisah bagaimana kuatnya hafalan salah seorang tabi‟in terkemuka Ibn Syihab az-Zuhri. Hisyam bin Abdul Malik meminta kepada az-Zuhri untuk mendiktekan hadis kepada putranya. Hisyam memanggil seorang penulis dan az-Zuhri mendikgtekan 400 hadis kepadanya. Setelah itu az-Zuhri berpamitan kepada Hisyam, kemudian Hisyam berkata, “Kemana engkau wahai pemilik Hadis?” az-Zuhri meriwayatkan 400 hadis itu kepada mereka. sebulan kemudian atau sekitar itu, Hisyam bertemu dengan az-Zuhri. Hisyam kemudian berpura-pura berkata bahwa hadis yang dulu dia diktekan telah hilang. Az-Zuhri kemudian berkata, “Tidak apa-apa”. Hisyam lalu memanggil seorang penulis dan az-Zuhri mendiktekan hadis-hadis itu kepadanya. Selanjutnya Hisyam membandingkan hasil tulisan tersebut dengan tulisan hadis terdahulu. Apa hasilnya? Hisyam mengetahui bahwa az-Zuhri tidak meninggalkan satu huruf pun dalam mendiktekan hadis-hadis tersebut.


Nama beliau, Abu Muhammad Said Ibn Musayyab bin Hazn bin Wahhab alQuraisyi al-Makhzumi al-Madani. Beliau seorang pemimpin tabi‟in dan „petunjuk‟ dunia. Said bin Musayyab dilahirkan tahun 15 H. Beliau lahir dua tahun setelah Umar bin Khattab diangkat sebagai khalifah.

Said bin Musayyab merupakan seorang yang alim, banyak ilmunya. Hal itu diakui oleh para tokoh dan ulama dari kalangan sahabat maupun tabi‟in. Ibnu „Umar berkata mengenai Said bin Musayyab, “Seandainya Rasulullah melihat ini niscahya beliau bergembira”. Qatadah, az-Zuhri, Makhul, dan selain mereka berpendapat, “Kami tidak melihat seseorang yang lebih berilmu dibandingkan Said bin Musayyab” sementara itu, Ibnu al-Madani mengatakan, “Kami tidak mengetahui dari kalangan tabi‟in yang lebih luas ilmunya dibandingkan Ibnu Musayyab, ia menurut pendapatku, adalah tabi‟in yang paling agung.” 

Ibnu Musayyab merupakan seorang tabi‟in yang begitu hafal dengan putusanputusan Rasulullah saw dan khulafa rasyidin. Beliau pun sering memberikan fatwa ketika para sahabat masih hidup dan mengungguli ahli fikih pada zaman itu, bahkan beliau mendapatkan gelar sebagai faq h al-fuqahā‟. Bahkan Umar bin Abdul Aziz pun menaruh hormat kepada beliau.

Dalam hal ibadah Said bin Musayyab merupakan manusia yang tekun, jiwanya yang wara‟ dan dikenal berani dalam menegakkan kebenaran. Beliau juga dikenal keukeuh dalam menolak pembaiatan sebagaian penguasa, meskipun beliau mendapatkan hukuman, namun beliau tetap dalam pendapatnya.

Said bin Musayyab juga kerap enggan datang kepada penguasa, menahan diri untuk tidak menerima harta-harta kaum muslim, sehingga beliau pun tidak mau mengambil pemberian. Beliau memiliki empat ribu dinar yang beliau gunakan untuk berdagang minyak dan dari keuntungan itulah beliau menyambung hidupnya.

Beliau meriwayatkan hadis Rasulullah dari para gurunya, para sahabat yang senantiasa mendapat ridanya. Guru-guru beliau adalah: Umar bin Khattab, „U man bin Aff n, Ali bin Abi T lib, ayd bin abit, „Āisyah, Sa‟d bin Abi Waqq , Abū Hurayrah, Ibnu Abbas, dan Abdullah bin Umar. Sebagian besar hadis yang beliau riwayatkan adalah dari Abu Hurayrah ra..

Sebagai seorang tabi‟in yang besar, beliau juga meriwayatkan hadis Rasulullah kepada murid-murid beliau di antaranya yang paling masyhur adalah: Muhammad bin Muslim az-Zuhri, Amr bin inar, Atha‟ bin Abi Rabbah, Muhammad bin al-Baqir, Qatadah bin a‟ mah, Yahya bin Said al-An ri, dan lain sebagainya.

Tokoh yang masuk dalam kibār tabi‟ n ini meninggal dunia pada tahu 93 H, dan ada yang mengatakan beliau meninggal pada tahun 94 H. Said bin Musayyab mempunyai jasa yang luarbiasa besar dalam bidang hadis dan merupakan salah seorang tokoh dan ulama besar dari kalangan tabi‟in dalam bidang ini (hadis). 


Namanya adalah Abu Abdullah Urwah Ibnu Al-Zubayr ibnu al-Awam al-Asadi al-Madani. Urwah bin Zubayr lahir pada masa-masa akhir kekhalifahan Umar bin Khattab, yaitu pada tahu 22 atau 23 H, pendapat lain mengatakan beliau lahir pada 29 H. Urwah merupakan tokoh tabi‟in dan imam yang alim di Madinah. Bahkan, beliau merupakan salah satu dari tujuh ahli fikih di kota Nabitersebut. Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah, Urwah juga termasuk orang ditunjuk khalifah sebagai anggota dewan permusyawaratan Madinah.

Urwah bin Zubayr adalah seorang yang fāqih dan juga āfiẓ. Bliau sangat tekun dalam menuntut ilmu dan menyebarkannya. Banyak orang yang menghadiri majlis beliau untuk mempelajari hadis Nabi saw. beliau seoran penghafal hadis yang luar biasa, penghafal Al-Quran dan seorang ahli ibadah, beliau juga dikenal sebagai orang yang ahli berpuasa. Bahkan beliau meninggal dalam keadaan puasa.

Ketekunan beliau dalam menuntut ilmu menjadikannya sering datang ke bibinya, yaitu ummul mukminin Aisyah untuk belajar hadis darinya. Beliau sangat teliti dalam menerima hadis, ābi (daya ingat yang sangat baik), dan dapat dipercaya. Muhammad bin Sa‟ad berkata, “Urwah adalah seorang yang iqah, banyak hadisnya, ahli fikih, dapat dipercaya, berilmu, dan abat.”

Urwah tidak tertarik dengan politik dan masalah kekuasaan, tetapi lebih cenderung pada masalah pengetahuan. Dengan demikian ia tidak melibatkan diri pada kegiatan politik praktis yang terjadi pada saat itu, saudaranya Abdullah bin Zubayr membuat perlawanan kepada dinasti Umayyah dan memproklamirkan pemerintahannya sendiri hingga akhirnya terbunuh dalam peperangan. Sebaliknya, Urwah bin Zubayr tetap memiliki hubungan yang baik dengan pemerintahan Bani Umayyah.

Urwah bin Zubayr dikenal sangat dekat dengan Aisyah (bibinya). Beliau belajar dan meriwayatkan hadis darinya. Sejak dini Urwah bin Zubayr sudah menghimpun hadis-hadis dari Aisyah ra. Banyak hadis dari Aisyah yang beliau tulis sepanjang Aisyah masih hidup. Hisyam bin Urwah meriwayatkan bahwa ayahnya, Urwah bin ubayr ditanya oleh Aisyah, “Wahai keponakanku benarkah engkau telah menulih hadis yang berasal dariku, kemudian setelah kamu pulang ke rumah kamu menulisnya lagi. Mengapa demikian?” Urwah menjawab, “Iya, karena aku juga mendengar hadis itu dari orang lain.” Aisyah bertanya lagi, “Apakah yang kamu dengar dari orang lain itu tidak berbeda artinya dengan apa yang kamu dengar dariku?” Urwah menjawab, “Tidak.” “Kalau begitu tidak apa-apa”kata Aisyah. 

Hubungan keilmuan antara keponakan dan bibinya ini juga diakui betul oleh Ibnu Uyaynah. Karena intensnya pembelajaran atara Aisyah dan Urwah, maka Urwah pun menjadi orang yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Aisyah. Ibnu Uyaynah berkata, “Orang yang paling banyak menerima hadis dari Aisyah ada tiga orang, yaitu al-Qasim, Urwah, dan Umrah”.

Urwah juga dikatakan telah menulis kitab fikih tersendiri, namun kemudian beliau membakarnya dengan alasan tertentu. Pemusnahan kitab fikih yang ditulis beliau sendiri kemudian beliau sesali. Seperti yang diriwayatkan oleh Ma‟mar dari Hisyam bin Urwah, “Pada musim panas, ayah membakar kitan-kitab fikih miliknya. Setelah itu beliau berkata, “Seandainya kitab-kitab fikih itu masih saya miliki, niscahya saya lebih senang daripada memiliki keluarga dan harta.” 

Urwah bin Zubair dikenal juga menulik kitab berisi s rah nabawiyyah (biografi Nabi Muhammad). Beliau termasuk orang pertama yang menulis kitab bertema biografi Nabi Muhammad. Tulisan beliau menjadi contoh oleh penulis-penulis yang datang setelahnya. Metode beliau ditiru oleh para penulis masyhur antara lain: azZuhri, Ibn Ishaq, Musa bin „Uqbah, dan lainnya. Kitab ini memang tidak sampai kepada generasi sekarang, namun cuplikan-cuplikan atas kitab ini dapat ditemukan di kitab sejarahnya al- abr ni. Sedangkan para ulama yang meriwayatkan kitab ini di antaranya: Abu al-Aswad, az-Zuhri, Hisyam bin Urwah, dan Yahya bin Urwah.

Urwah bin ubayr menerima hadis dari ayah, ibu, dan bibinya (Aisyah), Ali bin Abi Talib, Muhammad bin Maslamah, Abu Hurayrah, aid bin abit, Usamah bin Zayd, Abdullah bin al-Arqam, Abu Ayyub, Nu‟man bin Basyir, Mu‟awiyah, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, al-Miswar bin Makhramah, aynab binti Abu Salmah, dan Basyir bin Abi Ayyub al-An ari.

Beliau juga menyampaikan hadis-hadisnya kepada Usman, Abdullah, az-Zuhri, Sulaiman bin Yasar, abu al-Zunad, Ibnu Abi Malikah, Ibnu al-Munkadir, dan lain sebagainya. Urwah bin Zubair wafat pada tahun 94 H pada umur beliau ke-60 tahun. 


Nafi' mempunyai nama Abu Abdullah al-Madani, beliau hamba sahaya dari Abdullah bin Umar bin al-Khatt b. Ada yang mengatakan Nafi‟ berasal dari Maroko, tapi ada yang berpendapat beliau berasal dari Daylam suatu daerah di sebelah utara Iraq. Kisah Nafi‟ menjadi hamba sahaya Abdullah bin Umar berawal dari perang antara umat Islam dengan bangsa Persia, kekalahan Bangsa Persia saat itu memaksa Nafi‟ untuk menjadi tawanan perang, yang akhirnya menjadi hamba sahaya Abdullah bin Umar. Selama kurang lebih tiga puluh tahun Nafi‟ menyertai Abdullah bin Umar mengikuti kemana beliau (Abdullah bin Umar) pergi, selama rentang waktu yang panjang tersebut Nafi belajar Al-Quran dan sunnah Rasulullah saw. Nafi' sangat menyadari bahwa meskipun beliau seorang hamba sahaya namun peluang baginya untuk membela agama Islam sangatlah besar, apa lagi menjadi hamba sahaya bagi seorang Abdullah bin Umar merupakan kesempatan yang luar biasa. Maka Nafi‟ pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu sehingga akhirnya beliau menjadi orang yang mempunyai andil yang cukup besar dalam periwayatan hadis Nabi kala itu.

Nafi' merupakan tabi'in sekaligus perawi hadis yang banyak meriwayatkan sabda-sabda Nabi Muhammad saw. Beliau terpercaya, kuat hafalannya, dan benar periwayatan hadisnya. Berdasarkan keseluruhan hadis yang beliau riwayatkan tidak ditemukan suatu kesalahan. Abdullah bin Umar pun memujinya dengan mengatakan, “Sungguh Allah telah memberikan karunia kepada kita dengan keberadaan Nafi' Lebih jauh lagi Khalifah Umar bin Abdul Aziz pun menunjuk Nafi‟ untuk menjadi utusan di Mesir mengajarkan sunnah Rasulullah saw. di sana.

Sebagaimana seorang perawi hadis, Nafi meriwayatkan hadis dari Abdullah bin Umar, Abu Hurayrah, Abu Said al-Khuzri, Rafi' bin Khadij, Aisyah, Ummu Salamah, tiga putra Abdullah bin Umar bin al-Khattab, al-Qasil, Aslam, Abdullah bin Muhammad bin Abu Bakar al-Siddiq, dan lainnya.

Nafi' meriwayatkan hadisnya kepada Abu Ishaq al-Sabi‟i, Al-Hakam bin Uyaynah, Yahya al-Ansari, Muhammad bin Ajlan, az-Zuhri, Salih bin Kaysan, Ayyub, Hamid al- awil, Maymūn bin Mahran, Musa bin „Uqbah, Ibn „Aun, alA‟masyi, dan lainnya.

Imam Bukhari memuji sanad dari Nafi' dengan mengatakan,”Isnad yang paling sahih adalah Malik dari Nafi' dari Umar.” Mengenai sanad ini, para ulama hadis menamainya dengan silsilah al-żahab (untaian emas). Beliau (Nafi‟) meninggal dunia pada tahun 117 H di Madinah. 

 
Nama asli dari Hasan Al-Basri adalah Abu Sa‟id Al Hasan bin Yasar. Beliau dilahirkan oleh seorang perempuan yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasar, budak Zaid bin Tsabit. tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang shiffin, ada sumber lain yang menyatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al- Khattab. Khoiroh adalah bekas pembantu dari Ummu Salamah yang bernama asli Hindi Binti Suhail yaitu istri Rasullullah saw. Sejak kecil Hasan Al-Basri sudah dalam naungan Ummu Salamah. Bahkan ketika ibunya menghabiskan masa nifasnya Ummu Salamah meminta untuk tinggal di rumahnya. Dan juga nama Hasan Al-Basri itupun pemberian dari Ummu Salamah. Ummu Salamahpun terkenal dengan seorang puteri Arab yang sempurna akhlaknya serta teguh pendiriannya. Para ahli sejarah menguraikan bahwa Ummu Salamah paling luas pengetahuannya diantara para istri-istri Rosullah saw. lainnya. Seiring semakin akrabnya hubungan Hasan Al-Basri dengan keluarga Nabi, berkesempatan untuk bersuri tauladan kepada keluarga Rasullulah dan menimba ilmu bersama sahabat di masjid Nabawy.

Ketika menginjak 14 tahun, Hasan Al-Basri pindah ke kota Basrah (Iraq). Di sinilah kemudian beliau mulai dengan sebutan Hasan Al-Basri. Kota Basrah terkenal dengan kota ilmu dalam daulah Islamiyyah. Banyak dari kalangan sahabat dan tabi‟in yang singgah di kota ini. Banyak orang berdatangan untuk menimba ilmu kepada beliau. Karena perkataan serta nasehat beliau dapat menggugah hati sang pendengar. 

Musa bin Ismail dari al-Mu‟tamar bin Sulayman mengatakan bahwa ayah saya pernyah mengatakan, “al-Hasan (al-Basri) adalah seorang syaikh dari penduduk Basrah”. Amr bin Murrah pun berkata, “Saya sangat iri kepada penduduk Basrah karena mereka memiliki Hasan al-Basri dan Muhammad bin Sirin”.

Hasan al-Basri berguru kepada para sahabat Nabi di antaranya: Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa al-Asy‟ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah, dan Abdullah bin Umar, juga dari para tabi‟in seperti Abu Bakrah, Imran bin Husein, Jundub, al-bajali, Mu‟awiyah, Anas, Jabir. Hadis-hadis Hasan alBasri banyak diterima oleh Jarir bin Abi Hazim, Humail al-Tawil, Yazid bin Abi Maryam, Abu al-Asyhab, Sammak bin Harb, Ata‟ bin Abi al-Salib, Hisyam bin Hasan dan lainnya. 

Kemudian pada tahun 110 H, tepatnya pada malam jum‟at diawal bulan Rajab beliau kembali ke rahmatullah. Banyak dari penduduk Basrah yang mengantarkan sampai ke pemakaman beliau. Mereka merasa sedih serta kehilangan ulama besar, yang berbudi tinggi, saleh serta fasih lidahnya.


Nama lengkapnya adalah Abdullah bin al-Harits Muhammad bin Sirin alAnshari, ia adalah seorang ahli fiqh yang zuhud dan tekun beribadah, ayahnya bekas sahaya Anas bin Malik yang membelinya dari Khalid bin al-Walid yang menawannya di Ain at-Tamr di gurun pasir Irak dekat al-Anbar. Sebelumnya Anas menjanjikan kebebasan bagi budaknya itu bila Sirin membayar sejumlah uang. Sirin melunasinya dan bebaslah ia. Ibu Muhammad bin Sirin bernama Shaffiyah yang pernah menjadi sahaya Abu Bakar. 

Muhammad bin Sirin lahir dua tahun menjelang masa pemerintahan Utsman, ia sempat bertemu dengan 30 orang sahabat, tetapi tidak pernah melihat abu Bakar dan Abu Dzarr al-Ghifari. Ia juga tidak mendengar langsung hadits dari Ibnu Abbas atau Abu arda‟ atau Imran bin Hushain, atau sayyidah Aisyah. Namun ia meriwayatkan dari beberapa hadist musnad dari Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Hudzaifah bin al-Yaman dan beberapa lainnya.

Al-Mizzi mengemukakan pendapat tentang Ibnu Sirin dengan menukil pendapat para ulama bahwa menurut Abu ar‟ah dan Nasa‟I beliau adalah orang yang iqah, menurut Abu Hatim Ibnu Sirin seseorang yang menulis hadisnya, hingga Ibn Hibban memasukkan beliau ke dalam daftar orang-orang yang siqāt. 

Diantara orang yang meriwayatkan dari Ibnu Sirin adalah Asy-Sya‟bi, alAuza‟I, Ashim al-Ahwal, Malik bin Dinar dan Khalid al-Hadzdza. Hisyam bin Hisan berkata tentangnya:” ia Orang Paling Jujur yang pernah aku jumpai”, Abu Awanah menambahkan “ Aku pernah meliha Ibnu sirin dan tak seorangpun melihatnya tanpa sedang berzikir kepada Allah Ta‟ala”. an komentarnya Abu Sa‟ad adalah “ ia dipercaya memang teguh amanat, tinggi kedudukannya dan banyak ilmunya”. Beliau wafat pada tahun 110 H.


Nama lengkap beliau adalah Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidillah bin Syihab bin al-Haris bin Kilab bin al-Murrah al-Quraysyi az-Zuhri al-Madani.azZuhri dilahirkan pada tahun 50 H pada masa pemerintahan Mu‟awiyah bin Abi Sufyan.

Ayah az-Zuhri hidup dalam keadaan yang tidak bebas dia bergabung dengan Abdullah bin Zubair (Saudara Urwah bin Zubayr) dalam perlawanan pemerintahan Abdul Malik bin Marwan. Setelah ayahandanya meninggal dunia, az-Zuhri datang kepada Abdul Malik bin Marwan pada tahun 84 H. Az-Zuhri merupakan tokoh tabi‟in. Beliau mempunyai andil besar dalam estafet penyampaian hadis Nabi saw. hal ini dikarenakan jasa beliau sebagai orang pertama yang memenuhi perintah Khalifah Umar bin Abdul Aziz untuk menulis dan membukukan hadis. Az-Zuhri juga tercatat sebagi orang yang melakukan pembukuan hadis seorang diri, sehingga hadis-hadis tersebut tidak menghilang. Al-Lay bi Sa‟d berkata, “Said bin Abdurrahman berkata kepadaku, „Hai Abu al-Hari , kalau saja tidak ada Ibn Syihab az-Zuhri niscahya banyak sunnah yang hilang”. Selain itu az-Zuhri juga menjadi orang pertama yang mengkukuhkan metode isnād (penyandaran hadis kepada para perawinya). Imam Malik berkata, :Orang pertama yang meng-isnād-kan hadis ialah Ibnu Syihab azZuhri.” Pembakuan Isnād ini mendorong ulama dan para pencari ilmu untuk mempertanggungjawabkan keabsahan pengetahuannya. Beliau juga kerap membantu secara finansial murid-murid beliau yang mempunyai keluhan keuangan dalam menuntut ilmu.

Tentang kepandaian az-Zuhri, Lay bin Sa‟d berkata, “Aku sama sekali tidak melihat seorang berilmu yang komprehensif (menyeluruh) dibandingkan az-Zuhri. Ia menceritakan tentang sesuatu yang menarik, kemudian ia mengungkapkan, „tidak baik kecuali ini.‟ Jika ia berbicara tentang bangsa Arab dan pertalian keturunan, maka aku berkata, tidak baik kecuali ini.‟ Jika ia berbicara tentang Al-Quran dan sunnah, maka pembicaraannya adalah pembicaraan yang utuh”

Imam malik berkata, “Jika az-Zuhri datang ke Madinah, aku menjumpai sejumlah guru penuntut ilmu yang berusia 70 dan 80 tahun, mereka tidak mendapatkan perhatian, sedangkan az-Zuhri mendapatkan perhatian lebih dari mereka padahal az-Zuhri lebih muda dibandingkan mereka, kemudian mereka mengerumuni az-Zuhri Imam Malik pun berkata, “Ibnu Syihab az-Zuhri tetap sebagai orang yang tidak ada bandingannya”

Umar bin Abdul Aziz mengatakan kepada beberapa teman yang duduk bersamanya, “Apakah engkau pernah datang kepada Ibnu Syihab az-Zuhri?” Mereka menjawab, “Sungguh kami akan melakukannya” Umar bin Abdul Aziz berkata, “ atanglah kepadanya, karena tidak ada lagi orang yang lebih mengetahui sunnah Rasulullah dibandingkan dengannya”

Az-Zuhri dikenal memiliki daya ingat yang luar biasa, beliau cepat hafal dan selalu ingat apa yang dia hafal. Inilah salah satu faktor yang menyebabkan az-Zuhri menjadi tokoh hadis terkemuka pada zamannya. Az-Zuhri mengatakan, “Aku sama sekali tidak menyimpan sesuatu dalm hatiku, hingga membuat aku lupa.” Ia juga mengatakan, “Aku tidak mengulang suatu hadis kecuali (cukup) satu kali, kemudian, aku bertanya kepada temanku. Ternyata, hadis itu seperti yang kuhafal.”

Az-Zuhri juga dikenal sangat tekun dalam mencari ilmu, beliau begitu gemar menghadiri majelis-majelis pengetahuan dan selalu mengajukan pertanyaan kepada syaikh yang menyampaikan pengetahuan di dalamnya. Beliau juga tekun dalam menulis Ma‟mar menceritakan dari Ibnu Kisan menyatakan, “ ahulu aku mencari ilmu bersama az-Zuhri, ia menyatakan padaku, „Kemari lah, kami akan menulis alsunan‟. Kemudian beliau menyatakan, „Marilah kita menulis apa yang datang dari Rasulullah saw. (hadis). Dalam kesempatan lain ia pernah menyatakan, „Marilah kita tulis apa yang datang dari para sahabat (a ar). Beliau menulisnya sedangkan aku tidak. Beliau berhasil sedangkan aku tidak, karena apa yang ada padaku telah hilang.” 

Az-Zuhri berguru (mendengarkan) hadis dari para sahabat Rasulullah saw. antara lain, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdullah, Sahal bin Sa‟ad, Abu al- ufayl, al-Miswar bin Makhramah, dan para sahabat lainnya. Dari kalangan tabi‟in beliau mendengar hadis dari Abu Idris al-Khawlani, Abdullah bin Haris bin naufal, dua putra dari Muhammad al-Hanafiyyah (al-Hasan dan Abdullah), Harmalah, Abdullah bin Umar, Ubaidillah bin Umar, Salim bin Umar, Abdul Aziz bin Marwan, Kharijah bin ayd bin abit, Said bin Musayyab, Sulayman bin Yasar, Abdullah bin Abi Bakar bin Hazam, Ubaydillah bin Abdullah bin Utbah, Urwah bin Zubayr, alA‟raj bin Abdurrahman dan lain sebagainya. 

Tokoh hadis yang masyhur yang meriwayatkan dari beliau adalah Aṭa‟ bin Abi Rabbah, Abu al-Zubayr al-Makki, Umar bin Abdul Aziz, Amr bin Dinar, Saleh bin Kaysan, Ma‟mar bin Rasyid, Abu „Amr al-Awza‟i, Abdul Malik bin Uyaynah, dan lainnya. Ali bin Madani mengatakan bahwa beliau (az-Zuhri) meriwayatkan hadis sebanya 2000, Abu Dawud menyatakan Hadis az-Zuhri berjumlah 2200. Setelah tujuh puluh tahun menjalani kehidupan pengetahuan, Ibn Syihab azZuhri akhirnya meninggal dunia pada malam selasa di bulan Ramadan tahun 124 H.  



Share this post :

Posting Komentar

Facebook_eDUKA

YM Edukasi

 
Support : Kreasiku | DownloadRPP | BerintaNanggroe
Copyright © 2024. EDUKASI KITA - All Rights Reserved
Admin by Kreasiku
Proudly powered by Blogger